Kamis, 10 Maret 2011

data sibolga part 2

Kisah tentang ‘Putri Runduk’ sangat dikenal oleh masyarakat di sepanjang pesisir barat Sumatera Utara, mulai dari Barus sampai ke Natal, meski dengan versi masing-masing. D. Edi Saputra, seorang seniman asal Sibolga Tapteng, menuliskan catatan ‘antara sejarah dan legenda’ kisah putri yang konon sangat cantik ini.

Dari sisi cerita, Putri Runduk tak kalah menarik dengan cerita lain yang ada di bagian lain tanah air kita. Ada cerita tentang Kejadian Danau Toba di Tanah Batak, Malin Kundang dari Minang, Sampuraga dari Mandailing, Putri Hijau dari Melayu Deli, Roro Jonggrang dari Jawa, Nyi Roro Kidul, dll.

Sebuah cerita rakyat biasanya dituturkan oleh para orang tua kepada anak dan cucu mereka. Demikianlah dari waktu ke waktu dari zaman ke zaman, cerita itu mengalir dan terwarisi oleh generasi berikutnya. Penulisan kisah mengenai ‘Putri Runduk’ ini bermula dari niat Dinas Pariwisata dan Budaya Pemuda dan Olahraga Kota Sibolga, untuk menggali cerita atau sejarah ”Putri Runduk”, yang sudah turun temurun didengar dan diperbincangkan. Kisah ini diharapkan menjadi ”sesuatu” yang lebih bernilai dan membuka kemungkinan menjadikannya sebagai ”ikon wisata budaya” kota ini. Meski harus diakui masih cukup jauh langkah dan upaya menuju apa yang diinginkan, keterbatasan data dan sumber informasi, baik yang tertulis atau tak tertulis. Selain itu, cakupan wilayah kisah dan cerita yang sangat luas, menyangkut demografis wilayah lain, selayaknya menjadi pemikiran untuk dicari kesamaan versi dan alur ceritanya.

Siapakah sesungguhnya sosok Putri Runduk?

Ditinjau dari sejarah, referensi tertulis mengenai Putri Runduk tidak banyak. Namun penulis mengutip tulisan HA Hamid Panggabean, Drs H Afif Lumbantobing dkk, dalam buku Bunga Rampai Tapian Nauli terbitan tahun 1995.

Dari halaman 211–213 disebutkan: Sekitar abad ke-7 di kota Kerajaan Barus Raya, memerintah seorang raja yang cukup ternama. Raja Jayadana (tidak disebutkan keturunan dari mana ataupun berasal dari negeri mana) namanya. Wilayah kerajaan ini membawahi daerah yang sudah memasuki era Islam, disebutkan Kota Guguk dan Koota Beriang, di dekat Kade Gadang (Barus) sekarang ini. Pada masa itu Barus telah menjadi bandar niaga rempah dan kapur Barus yang terkenal itu.

Layaknya seorang Raja, maka Raja Jayadana beristerikan (permaisuri, ratu) yang bernama Putri Runduk (tidak tertulis asal dari mana dan keturunan dari siapa).

“Kecantikan sang permaisuri sampai ke luar wilayah kerajaan. Dan Barus sebagai bandar niaga antar wilayah dan kerajaan, ikut menyebarluaskan perihal kecantikan luar biasa dari sang ratu, Putri Runduk!” tulis HA Hamid Panggabean, Drs H Afif Lumbantobing dkk, dalam bunga rampai mereka.

Disebutkan, beberapa raja di luar wilayah Barus, akhirnya berspekulasi merebut Putri Runduk dari kerajaan Jayadana. Tercatat Raja Janggi dari Sudan-Afrika, dan Raja Sanjaya dari Kerajaan Mataram. Bahkan seorang Raja dari Cina datang melamar dengan baik-baik.

Selanjutnya ditulis, Raja Janggi dan Raja Sanjaya ingin menguasai Barus sebagai bandar perdagangan dunia pada masa itu, melalui peperangan sekaligus ingin memiliki sang ratu Putri Runduk.

Demikianlah, Raja Sanjaya berhasil menewaskan Raja Jayadana dan isterinya Putri Runduk ditawan, karena menolak lamaran Raja Sanjaya. Masalahnya Raja Sanjaya beragama Hindu, sedangkan sang putri beragama Islam.

Simaklah pantun berikut ini:

kota guguk kota bariang

ka tigo kota di muaro

ayam bakukuk ari siang

puti runduk ditawan jao

red. kota guguk kota beriang

ke tiga kota di muara

ayam berkokok hari siang

putri runduk ditawan jawa

Ternyata..,inilah kesempatan yang dinanti oleh Raja Janggi. Mengetahui Putri Runduk telah ditawan oleh Raja Sanjaya, Raja Janggi dan pasukannya menyerang Raja Sanjaya. Pertempuran kembali terjadi di Barus, dan Kota Guguk pusat kerajaan Jayadana hancur porakporanda. Raja Janggi berhasil mempecundangi Raja Sanjaya.

Sekelompok pengawal setia dari sisa kerajaan Jayadana menyelamatkan ratu mereka Putri Runduk ke Pulau Morsala. Dalam pelarian inilah, disebutkan berceceran peralatan dan perbekalan yang dibawa oleh rombongan Putri Runduk, lalu terdampar di pulau-pulau kecil sekitar pulau Morsala. Dinamailah pulau-pulau itu sesuai barang yang terdampar di situ. Seperti, Pulau Situngkus, Pulau Lipek Kain, Pulau Tarika, Pulau Puteri, Pulau Janggi, dll.

Raja Janggi sampai juga di Pulau Morsala. Ketika hendak menangkap Putri Runduk, sang putri memukulkan tongkat akar bahar ke kepala Raja Janggi (tidak jelas ditulis, apakah Raja Janggi tewas atau ikut terjun ke laut mengejar Putri Runduk yang terlebih dulu terjun ke laut karena putus asa?).

Entah benar atau tidak, dari kejadian itu oleh masyarakat dikaitkan dengan pantun pesisir sebagai berkut:

pulo puti pulo panginang

ka tigo pulo anak janggi

lapik putih bantal bamiang

racun bamain dalam ati

Setelah peristiwa tragis itu, disebutkanlah seorang pembantu Putri Runduk, yang tugasnya mengurusi rumah tangga kerajaan, seorang pemuda anak nelayan miskin bernama ”Sikambang Bandahari.” Pemuda ini meratap dan menyesali diri, tak mampu membela dan menyelamatkan Putri Runduk. Ia juga meratapi majikan yang bunuh diri terjun ke laut, menyesali raja-raja zalim, dan kerajaan yang telah hancur.

Ratapan sedih Sikambang itulah.., yang akhirnya menjadi ”ratapan legendaris”, yang hari ini kita kenal sebagai lagu Sikambang..!

Masih versi sejarah kisah Putri Runduk, dari buku Sejarah Masuknya Islam ke Bandar Barus Sumatera Utara tulisan Dada Meuraxa (1973) dalam Sub Judul ”LEGENDA ABAD KE-7 TENTANG PUTRI RUNDUK DI PANTAI FANSUR ” (Hal.29) dan ”PUTRI RUNDUK RATU JAYADANA?” (Hal.31), disebutkan; Di pesisir Tapanuli Tengah di wilayah Barus tersebut terdapat satu cerita yang paling terkenal di sana yaitu Putri Runduk seorang ratu yang amat cantik. Rupanya putri itu sudah beragma Islam dan berkedudukan di Patupangan di tepi Bandar Fansur.

Oleh kecantikan sang ratu yang luar biasa itu, beberapa raja disebutkan ingin meminang ratu, antara lain; Pada tahun 732 M Raja Senjaya dari Jawa (Mataram?) , Raja Cina (tak jelas nama dan silsilahnya), juga Raja Janggi (disebut dari India, atau Sudan Afrika?).

Raja Cina berkumpul di Singkuang–Natal, Raja Janggi berkumpul di Lobu Tuo, Raja Senjaya berhasil menawan Putri Runduk.

Kisah dan cerita selanjutnya hampir seirama, kecuali tembahan informasi penolakan Putri Runduk atas pinangan Raja-Raja dari luar itu karena berbeda agama. (bersambung)

data sibolga part 1

Kisah Putri Runduk ada berbagai versi. Ada yang menyebut dia Panglima tentara laut, keturunan kerajaan Syailendra yang diutus ke wilayah Pantai Barat dan Barus. Ada yang menyebut, dialah Ratu Jayadana. Dan konon akhirnya, sang putri sempat lari ke Pulau Morsala, sendirian bertarung melawan Raja Janggi, hingga ”habis kaji putus ma’rifat”.

Dalam sebuah buku cerita Parahiangan Bahasa Sunda, yang sudah diselidiki oleh sarjana Pelytes disalin ke bahasa Belanda oleh Prof Dr Purbocoroko; ”di tahun 732 M Raja Senjaya anak Sena melakukan peperangan dengan Bali, Bima, Melayu, Kemir, Keling, Cina dan Barus”.

Di Barus, raja waktu itu adalah Ratu Jayadana, yang bila dikaitkan dengan mitos rakyat Barus, pada ribuan tahun lalu di Barus terdapat satu kerajaan yang dikuasai seorang ratu bergelar ”Putri Runduk”.

Dari ke-dua buku tersebut, penulis (D. Edi Saputra, Red) mencatat adanya persamaan dan perbedaan cerita tentang Putri Runduk itu. Di buku ”Bunga Rampai Tapian Nauli”, dengan jelas disebutkan bahwa Putri Runduk adalah permaisuri (isteri dari Raja Jayadana). Pertanyaannya adalah: Mungkinkah seorang isteri raja dilamar atau dipinang oleh raja-raja dari negeri lain? Atau benarkah raja-raja dari luar itu hanya ingin menguasai Barus yang terkenal sebagai bandar perniagaan rempah, kemenyan dan kapur Barus? Dan kemudian menawan sang putri?

Pada buku Sejarah Masuknya Islam ke Bandar Barus Sumatera Utara ditulis ”Putri Runduk Ratu Jayadana?” tidak tertulis Putri Runduk sebagai permaisuri Kerajaan Jayadana (tidak tertulis ada seorang raja bernama Jayadana). Dengan kata lain Putri Runduk adalah seorang Ratu yang berkuasa ketika itu.

Apabila kemudian banyak raja-raja dari luar yang ingin mempersuntingnya, kemungkinan itu disebabkan oleh kecantikan putri yang luar biasa! Namun sang putri menolak semua pinangan raja-raja dari luar itu dengan alasan yang sangat prinsip yakni perbedaan agama, sang putri sudah memeluk agama Islam.!

Hal lain yang pantas dicatat; Bahwa Kerajaan Mataram adalah salahsatu Kerajaan Islam di tanah Jawa. Tidakkah Raja Senjaya telah beragama Islam ketika itu?

Lepas dari seluruh pertanyaan akan kebenaran fakta sejarah itu, cerita legenda juga mewarnai kisah Putri Runduk. Dan seperti umumnya legenda, biasanya selalu diiringi bumbu kata ”boleh percaya boleh tidak !”

Sebagai pengamat, penulis berulangkali telah mendengar kisah Putri Runduk, terutama dari para orang tua yang pada umumnya berkecimpung dalam dunia seni dan budaya pesisir. Seperti nama Alm. Buya Farid Panggabean, Alm. Nuh Kahar (di Pasar Belakang), Alm. Tabrani Marbun (di Pulo Herek Sambas), dan beberapa nama di Kota Baringin dan Aek Habil, yang menceritakan kisah Putri Runduk itu.

Dari alur cerita, penulis sangat terkesan dalam beberapa hal seperti, kekayaan seni dan budaya serta moral cerita yang bernilai tinggi namun belum tergali secara maksimal.

Kelemahan budaya cerita atau bertutur adalah hilangnya memori, kurangnya minat dan pengetahuan para orang tua terdahulu untuk mendokumentasikan cerita dalam bentuk tulisan, mengakibatkan legenda itu hilang akarnya dari ranah bumi yang melahirkan cerita itu sendiri. Pada tahun 70-an, penulis sudah membaca buku tulisan Dada Meuraxa, yang memuat cerita rakyat di Sumatera Utara, termasuk cerita Putri Runduk.

Pada tahun 1993, penulis bersama beberapa seniman dan tokoh masyarakat seperti Angku Raja Jakfar Hutagalung, Tajuddin Nour, Dachlan Yan Jamack (Wakil Ketua Dewan Kesenian Sibolga ketika itu), Indra Effendi (Scorpio), dll. Mencoba menerima tawaran BKKN Tapteng untuk mendokumentasikan Legenda Putri Runduk dalam bentuk Sinetron. Sayang…, dokumentasi itu rusak termakan usia.

Beberapa informasi tambahan cerita yang penulis dapatkan, selain disebut Putri Runduk, konon dia adalah Panglima tentara laut, keturunan kerajaan Syailendra yang diutus ke wilayah Pantai Barat dan Barus, dalam upaya mendapatkan kemenyan dan kapur barus.

Oleh raja Barus diberikan wilayah kepada Putri Runduk di sekitar Barus dan bergelar ”Jayadana”.

Ada pula cerita yang mengatakan, hubungan antara Putri Runduk dengan Panglima Buyung Sorkam!

Namun masyarakat umumnya mengakui adanya hubungan cerita antara Putri Runduk dengan Raja Janggi yang ingin mempersuntingnya. Disebutkan, salahsatu syarat permintaan Putri Runduk yang harus dipenuhi Raja Janggi adalah, mempersatukan Pulau Situngkus agar merapat ke daratan Pulau Sumatera. Konon itulah sebabnya terjadi sempalan atau pecahan Pulau Situngkus sekarang ini.

Dari penelusuran penulis, akhirnya tersebutlah ada 2 panglima Putri Runduk yang sakti, yakni Panglima Bulu Dare dan Panglima Bulu Songsang.

Setelah kedua panglima ini tewas dibunuh oleh Raja Janggi, sang putri lari ke Pulau Morsala. Tinggallah Putri Runduk sendiri menghadapi Raja Janggi. Terjadilah pertarungan tenaga batin, sampai ”habis kaji putus ma’rifat”. Raja Janggi disumpah ”menjadi batu”, Sang Putri terjun ke laut, hilang raib tak berbekas!

Dan, peralatan serta perbekalan yang cerai-berai hanyut mengapung di tengah laut, menjelma menjadi pulau-pulau yang kita kenal sekarang di teluk tapian nauli.

Demikian pula pantun pesisir yang menceritakan tentang Putri Runduk dan Raja Janggi, dan Dayang Sikambang yang disebut sebagai inang pengasuh, dayang dan penari.

Inilah cerita yang dimiliki oleh masyarakat pesisir barat Sumatera Utara pada umumnya, Tapanuli Tengah dan Sibolga khususnya.

Akhir kata, seiring waktu, diharapkan akan semakin tergali informasi, data, dan sumber yang lebih akurat tentang sosok seorang Putri Runduk.

Seni dan budaya adalah bahasa yang universal, maka dalam upaya pelestariannya siapa saja boleh melakukannya, sebelum warisan senibudaya itu hilang tak berbekas.

Ibarat mengangkat batang terendam, diperlukan kesungguhan baik dari tokoh masyarakat, tokoh adat, peneliti dan instansi terkait untuk melakukan penelusuran yang lebih mendalam, kemudian mendokumentasikannya, agar generasi berikutnya tidak kehilangan jejak seni dan budaya leluhurnya. (Habis/Penulis adalah Pensiunan RRI Sibolga- pengamat dan pemerhati masalah seni dan budaya).

Sabtu, 06 November 2010

SD NEGERI 117475

2 sahabat ini sekolah di SD Negeri 117475 mereka tinggal di perumahan sakit sri torgamba.
mereka sahabat yang tak pernah putus hubungan.

Kamis, 19 Agustus 2010

sejumlah warga amerika menyakini bahwa obama seorang muslim

Sejumlah besar dan berkembang dari Amerika mengatakan bahwa Barack Obama adalah seorang Muslim, sedangkan proporsi mengatakan bahwa ia adalah seorang Kristen telah menurun. Lebih dari satu setengah tahun ke kepresidenannya, pluralitas masyarakat mengatakan mereka tidak tahu apa agama Obama berikut.

growingnumberchart-10-08 Januari-18A survei nasional yang baru oleh Pew Research Center menemukan bahwa hampir satu di antara lima orang Amerika (18%) sekarang mengatakan Obama adalah seorang Muslim, naik dari 11% pada bulan Maret 2009. Hanya sekitar sepertiga dari orang dewasa (34%) mengatakan Obama adalah seorang Kristen, turun tajam dari 48% pada tahun 2009. Sepenuhnya 43% mengatakan bahwa mereka tidak tahu apa agama Obama. Survei ini selesai pada awal Agustus, sebelum komentar terbaru Obama tentang pembangunan yang diusulkan sebuah masjid dekat lokasi bekas World Trade Center.

Pandangan bahwa Obama adalah seorang Muslim yang lebih luas di kalangan lawan-lawan politiknya dari kalangan pendukung nya. Sekitar sepertiga dari Partai Republik konservatif (34%) mengatakan Obama adalah seorang Muslim, seperti halnya 30% dari mereka yang tidak setuju dengan kinerja kerja Obama. Tetapi bahkan di antara banyak pendukung dan sekutu, kurang dari setengah sekarang mengatakan Obama adalah seorang Kristen. Di antara Demokrat, misalnya, 46% mengatakan Obama adalah seorang Kristen, turun dari 55% pada bulan Maret 2009.

Kepercayaan bahwa Obama adalah seorang Muslim telah meningkat paling tajam di antara Partai Republik (sampai 14 poin sejak 2009), terutama konservatif Partai Republik (hingga 16 poin). Namun jumlah independen yang mengatakan Obama adalah seorang Muslim juga meningkat secara signifikan (delapan poin). Ada sedikit perubahan dalam jumlah Demokrat yang mengatakan Obama adalah seorang Muslim, tetapi lebih sedikit Demokrat hari ini mengatakan bahwa ia adalah seorang Kristen (turun sembilan poin sejak 2009).

Ketika ditanya bagaimana mereka belajar tentang agama Obama dalam pertanyaan terbuka, 60% dari mereka yang mengatakan Obama adalah seorang Muslim mengutip media. Diantara sumber-sumber media tertentu, televisi (16%) yang paling sering disebutkan. Sekitar satu-dalam-sepuluh (11%) dari mereka yang mengatakan Obama adalah seorang Muslim mengatakan bahwa mereka belajar dari ini melalui kata-kata sendiri dan perilaku Obama.

growingnumberchart-10-08 Februari-18Beliefs tentang agama Obama akan sangat terkait dengan penilaian politik tentang dia. Mereka yang mengatakan bahwa dia adalah seorang Muslim sangat setuju dengan kinerja kerja, sementara mayoritas dari mereka yang berpikir ia adalah menyetujui Kristen dari pekerjaan yang dilakukan Obama. Mereka yang tidak yakin tentang agama Obama sekitar merata dibagi dalam pandangan mereka tentang prestasinya.

Jajak pendapat baru oleh Pew Research Center bagi Masyarakat & Press dan Pew Forum tentang Agama & Public Life - dilakukan 21 Juli-Agustus 5 di antara 3.003 responden mencapai pada sambungan telepon rumah dan ponsel, dan diwawancarai dalam bahasa Inggris dan Spanyol - menemukan bahwa meskipun meningkatkan ketidakpastian tentang agama Obama, masyarakat umumnya mengatakan ia menangani agamanya tepat.

growingnumberchart-03 publik 10-08-18The melihat Obama sebagai kurang dipengaruhi oleh agama dibandingkan dengan George W. Bush ketika ia menjadi presiden. Namun persentase relatif kecil mengatakan Obama menyebutkan imannya terlalu jarang atau bahwa ia terlalu sedikit bergantung pada keyakinan agamanya ketika membuat keputusan kebijakan.

Saat ini, 41% mengatakan Obama bergantung pada keyakinan keagamaannya "banyak" (14%) atau jumlah "wajar" (27%) ketika membuat keputusan kebijakan; pada bulan Agustus 2004, 64% kata Bush didasarkan pada keyakinan agamanya baik kesepakatan besar (26%) atau jumlah wajar (38%).

Namun, seperti yang terjadi dengan Bush, masyarakat umumnya mengatakan bahwa Obama mengandalkan keyakinan agamanya jumlah yang tepat ketika membuat keputusan kebijakan. Sekitar setengah dari Amerika (48%) berpikir bahwa Obama mengandalkan keyakinannya jumlah yang tepat ketika membuat kebijakan, sementara 21% mengatakan ia terlalu sedikit bergantung pada keyakinan dan 11% terlalu banyak, pada tahun 2004, sedikit lebih (53%) kata Bush mengandalkan keyakinannya jumlah yang tepat ketika membuat kebijakan. Selain itu, banyak mengatakan tentang Obama (53%) menyebutkan iman agamanya dan doa jumlah yang tepat sebagai mengatakan bahwa sekitar Bush (52%) pada tahun 2006, meski jauh lebih sedikit mengatakan Obama menyebutkan imannya terlalu banyak (10% vs 24% untuk Bush).

Survei juga menemukan sekitar setengah dari% (publik 52) mengatakan bahwa gereja-gereja harus tetap keluar dari politik, sementara 43% mengatakan gereja-gereja dan rumah ibadah lainnya harus mengekspresikan pandangan mereka tentang masalah-masalah sosial dan politik. Yang sebagian besar tidak berubah dari 2008, tapi selama dekade sebelumnya (dari 1996 sampai 2006), mayoritas sempit telah menyatakan dukungan untuk keterlibatan gereja 'dalam hal politik.

growingnumberchart-04 penurunan 10-08-18The sejak 2006 dalam jumlah yang mengatakan bahwa gereja-gereja harus berbicara tentang isu-isu sosial dan politik telah luas, termasuk Demokrat dan Republik dan orang-orang dari berbagai latar belakang agama. Persentase Protestan kulit hitam yang mengatakan gereja harus berbicara mengenai persoalan politik telah menurun tajam, pergi dari 69% di tahun 2006 menjadi 53% hari ini.

Meskipun oposisi tumbuh dengan keterlibatan politik pada bagian dari gereja-gereja, kebanyakan orang terus mengatakan bahwa mereka ingin para pemimpin politik yang religius. Tentang enam-in-sepuluh (61%) setuju bahwa penting sekali bahwa para anggota Kongres memiliki kepercayaan agama yang kuat. Dan seperti pada survei sebelumnya, pluralitas sedikit (37%) mengatakan bahwa secara umum ada terlalu sedikit ungkapan iman agama dan doa oleh pemimpin politik.

Survei tersebut juga menemukan:

* Partai Republik terus menjadi lebih luas dipandang sebagai ramah terhadap agama dari Partai Demokrat. Namun, kedua belah pihak menghadapi penurunan persentase mengatakan mereka ramah kepada agama.
* Pemandangan keagamaan jauh lebih menguntungkan bagi Partai Republik daripada kasus seperti baru-baru ini sebagai 2008. Setengah dari Katolik non-Hispanik kulit putih (50%) saat ini mengidentifikasi dengan atau bersandar terhadap Partai Republik, naik sembilan poin sejak tahun 2008. Di antara agama tidak terafiliasi pemilih, yang telah pendukung kuat dari Demokrat dalam pemilihan umum baru-baru ini, 29% saat ini mengidentifikasi dengan atau bersandar terhadap Partai Republik, naik dari 25% pada tahun 2008 (proporsi mengidentifikasi sebagai Demokrat telah jatuh tujuh poin sejak saat itu). Dan 33% dari pemilih Yahudi mengidentifikasi dengan atau bersandar terhadap Partai Republik, naik dari 20% pada tahun 2008.
* Kira-kira enam orang-di-sepuluh (58%) pernah mendengar tentang hak "agama", sementara 41% akrab dengan kiri "agama" Diantara mereka yang telah mendengar tentang hak agama dan meninggalkan agama., Angka yang cukup besar menyatakan ada pendapat mengenai apakah atau tidak mereka umumnya setuju atau tidak setuju dengan mereka.

CATATAN: Laporan ini berisi perbandingan pendapat antara kelompok-kelompok agama yang berbeda, yang didasarkan pada kombinasi dari tradisi agama dan ras / etnis. Kategori-kategori Protestan evangelis Putih, Putih Protestan utama dan Putih Katolik tidak termasuk Hispanik. Demikian pula, Black Protestan tidak termasuk Hispanik. responden dapat Hispanik dari ras manapun. Survei ini dilakukan dalam bahasa Inggris dan Spanyol.